Diabetes Food Pyramid |
Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat mengurangi kualitas hidup penderitanya. Namun risiko diabetes sebenarnya dapat dikelola dengan menjalani gaya hidup yang sehat. Berikut merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengurangi risiko diabetes.
a. Konsumsi serat
Serat tidak hanya baik untuk pencernaan, namun juga baik untuk memperlambat
glukosa dalam aliran darah. Maka jika ingin makan manis, cobalah buah-buahan
yang manis sekaligus berserat seperti pir. Selain itu, cobalah nasi merah
sebagai sumber karbohidrat Bujang Dare. Sebuah studi dalam Archives of Internal
Medicine mengatakan, memakan dua atau lebih sajian nasi merah per minggu dapat
mengurangi risiko diabetes sebanyak 11 persen.
b. Angkat beban
Menurut sebuah studi baru yang dimuat dalam The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism, menambah massa otot dapat mengurangi resistensi
insulin dan mengurangi risiko mengembangkan prediabetes. Para peneliti
menemukan setiap penambahan 10 persen massa otot, risiko prediabetes turun
sebanyak 12 persen. Profesor ilmu olahraga di Old Dominion University Sheri
Colberg-Ochs menyarankan untuk menambahkan latihan daya tahan ke dalam jadwal
olahraga Bujang Dare tiga hari dalam seminggu. Selain itu lakukan juga paling
tidak dua setengah jam per minggu untuk latihan kardio pembakar kalori seperti
berlari, bersepeda, atau berenang.
c. Konsumsi vitamin D
Vitamin D mungkin bisa menjadi faktor kunci untuk melawan diabetes. Studi yang
dipublikasi dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism
menemukan bahwa orang yang cukup mengonsumsi vitamin D memiliki kemungkinan
lebih kecil untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Konsumsi 1000 hingga 2000 IU
vitamin D per hari melalui produk susu, ikan, atau suplemen.
Walaupun demikian, diabetes merupakan penyakit yang dapat dikelola, asalkan Bujang Dare dapat menerapkan kebiasaan-kebiasaan sehat dalam kehidupan Bujang Dare. Sebaliknya, kebiasaan, perilaku yang tidak sehat dapat memperburuknya. Beberapa kebiasaan di bawah ini perlu Bujang Dare pertimbangkan :
a. Banyak duduk di depan layar kaca.
Kebanyakan pasien diabetes tidak menyadari bahwa banyak duduk di depan layar
kaca (TV) ada hubungannya dengan penyakit diabetes yang disBujang Darengnya.
Penelitian menunjukkan bahwa duduk meningkatkan risiko diabetes. Semakin lama Bujang
Dare duduk di depan TV semakin besar pula risikonya. Duduk 2 jam di depan TV
meningkatkan risiko diabetes 20 persen, apalagi biasanya mulut Bujang Dare juga
tidak pernah diam, cemilan, yang tidak sehat sering menjadi teman Bujang Dare.
Kebiasaan duduk, apalagi setelah Bujang Dare selesai makan meningkatkan kadar
gula darah Bujang Dare 24 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang
berjalan pelan-pelan setelah makan.
b. Menghindari makan
Banyak pasien diabetes saya lihat, karena takut gula darahnya tinggi, mereka
kemudian tidak makan. Menghindari makan pagi, atau makan siang akan
mengakibatkan kadar gula darah tidak stabil, turun tiba-tiba, kemudian dapat
naik lagi, begitu juga kadar Insulin dalam darah Bujang Dare. Hal ini bisa
mendorong Bujang Dare mengkonsumsi makanan, cemilan yang tidak sehat, bahkan
lebih banyak dibandingkan Bujang Dare tetap makan seperti biasa. Bila Bujang
Dare menggunakan obat-obat diabetes, menghindari makan akan mempersulit kontrol
gula darah Bujang Dare, dan bahkan bisa mengakibatkan komplikasi akut
hipoglikemia.
c. Tidak memeriksa gula darah
Kadar gula darah yang terkontrol dengan baik merupakan faktor penting bagi penyBujang
Dareng diabetes. Kadar gula darah itu akan menentukan perjalanan penyakit Bujang
Dare. Karena itu, mengetahui kadar gula darah itu harus dilakukan secara
periodik. Bila Bujang Dare menggunakan terapi insulin, satu atau 2 kali dalam
sehari pemeriksaan itu diperukan, sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum makan
pagi. Kalau Bujang Dare penyBujang Dareng diabetes tipe 2 yang sudah
terkontrol dan hanya mendapatkan obat-obat diabetes oral, pemeriksaan bisa
lebih jarang. Pemeriksaan gula darah ini penting, tidak hanya mengurangi
risiko potensi komplikasi, tetapi juga berguna untuk mengevaluasi
efektifitas terapi yang selama ini diberikan, termasuk obat-obat yang
dikonsumsi, diet, olahraga, aktifitas fisik yang direkomendasikan.
Post a Comment